Paradigma PMII: Kritis Transformatif

Paradigma PMII

Pada tulisan kali ini, kita akan membahas tentang Paradigma PMII yaitu Kritis Transformatif.

Pengertian Paradigma

Paradigma merupakan sebuah model dalam teori ilmu pengetahuan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), paradigma adalah model dalam teori ilmu pengetahuan. Tak hanya itu saja, dalam percakapan sehari-hari, istilah paradigma adalah berpikir. Sebab, paradigma merupakan model utama, pola, ataupun metode untuk meraih beberapa jenis tujuan. Seringkali paradigma disebut sebagai sifat yang paling khas atau dasar dari sebuah teori ataupun cabang ilmu.

Masterman mengklasifikasikan dalam tiga pengertian paradigma:

1. Paradigma Metafisik yang mengacu pada sesuatu yang menjadi pusat kajian ilmuwan.

2. Paradigma Sosiologi yang mengacu pada suatu kebiasaan sosial masyarakat atau penemuan teori secara umum.

3. Paradigma Konstrak sebagai sesuatu yang mendasari bangunan konsep dalam lingkup tertentu, misalnya paradigma pembangunan, paradigma pergerakan dll.

Kritis dan Transformatif

Paradigma Kritis baru menjawab pertanyaan, struktur formasi sosial seperti apa yang sekarang sedang bekerja. Ini baru sampai pada logika dan mekanisme working-system yang menciptakan relasi tidak adil, hegemonik, dominatif, dan eksploitatif. Namun belum mampu memberikan perspektif tentang jawaban terhadap formasi sosial tersebut, strategi mentransformasikannya, d!sinilah “Term Transformatif” melengkapi teori kritis.

Dalam perspektif transformatif menganut epistemologi perubahan non esensialis. Perubahan yang tidak hanya menumpukkan pada revolusi politik atau perubahan yang bertumpu pada agen tunggal sejarah, entah kaum miskin kota, buruh, atau petani, tapi melakukan perubahan secara bersama-sama. Pada sisi lain transformatif harus mampu mentransformasikan gagasan dan gerakan sampai pada wilayah tindakan praktis ke masyarakat. Model-model transformasi yang bisa d!manifestasikan pada tataran praktis antara lain:

1. Transformasi dari elitisme ke populisme

Transformasi ini menggunakan model pendekatan, bahwa mahasiswa dalam melakukan gerakan sosial harus setia dan konsisten mengangkat isu-isu kerakyatan. Misalnya isu advokasi buruh, advokasi petani, pendampingan terhadap masyarakat yang d!gusur akibat adanya proyek pemerintah yang sering berselingkuh pada kekuatan kaum pemodal dengan pembuatan mal-mal, yang kesemuanya itu menyentuh akan kebutuhan rakyat secara riil. Masih banyak mahasiswa yang lebih memperioritaskan isu elit, dan jauh dari yang masyarakat inginkan. Oleh karena itu, kita sebagai kaum terpelajar jangan sampai tercerabut dari akar sejarah kita sendiri. Karakter gerakan mahasiswa saat ini haruslah lebih condong pada gerakan yang bersifat horizontal.

2. Transformasi dari Negara ke Masyarakat

Kalau kemudian kita lacak basis teoritiknya adalah kritik yang Karl Marx lakukan terhadap Hegel. Hegel memaknai negara sebagai penjelmaan roh absolute yang kebenarannya harus memberikan kebijakan terhadap rakyatnya. Tidak hanya itu, Hegel mengatakan bahwa negara adalah satu-satunya wadah yang paling efektif untuk meredam terjadinya konflik internal secara nasional dalam satu bangsa. Hal ini tidak d!bantah oleh Marx. Marx mengatakan bahwa justru masyarakatlah yang mempunyai otoritas penuh dalam menentukan kebijakan tertinggi. Makna transformasi ini akan sesuai jika gerakan mahasiswa bersama-sama rakyat bahu-membahu untuk terlibat secara langsung atas perubahan yang terjadi di setiap bangsa atau negara.

3. Transformasi dari Struktur ke Kultur

Bentuk transformasi ketiga adalah transformasi dari struktur ke kultur, hal ini akan bisa terwujud jika setiap mengambil keputusan harus berupa kebijakan-kebijakan. Ini tidak sepenuhnya bersifat sentralistik seperti yang terjadi pada masa orde baru, akan tetapi seharusnya kebijakan ini bersifat desentralistik. Jadi, aspirasi dari bawah harus menjadi bahan pertimbangan pemerintah dalam mengambil keputusan. Hal ini karena rakyatlah yang paling mengerti akan kebutuhan, dan yang paling bersinggungan langsung dengan kerasnya benturan sosial di lapangan.

4. Transformasi dari Individu ke Massa

Model transformasi selanjutnya adalah transformasi dari individu ke massa. Dalam disiplin ilmu sosiologi menyebutkan bahwa manusia adalah makhluk sosial, yang sangat membutuhkan kehadiran makhluk yang lain. Bentuk-bentuk komunalitas ini sebenarnya sudah d!cita-citakan oleh para faundhing fathers kita tentang adanya hidup bergotong royong. Rasa egoisme dan individualisme haruslah dibuang jauh-jauh dari sifat manusia, salah satu jargon yang pernah d!katakan oleh Tan Malaka (Sang Nasionalis Kiri), adalah adanya aksi massa. Hal ini tentunya setiap perubahan meniscayakan adanya power atau kekuatan rakyat dalam menyatukan program perjuangan menuju perubahan sosial dalam bidang apapun (ipoleksosbudhankam).

Paradigma Kritis Transformatif (PKT)

Paradigma Kritis Transformatif PMII sepenuhnya merupakan proses pemikiran manusia, dengan demikian dia adalah sekuler. Kenyataan ini yang membuat PMII dilematis, karena akan mendapat tuduhan sekuler jika pola pikir tersebut berlaku. Untuk menghindari dari tudingan tersebut, maka perlu adanya reformulasi penerapan Paradigma Kritis Transformatif dalam tubuh warga pergerakan PMII. Paradigma kritis berlakuk hanya sebagai kerangka berpikir dan metode analisis dalam memandang persoalan. Dengan sendirinya dia tidak lepask dari ketentuan ajaran agama, sebaliknya justru ingin mengembalikan dan memfungsikan ajaran agama sebagaimana mestinya.

Paradigma Kritis Transfomatif PMII berupaya menegakkan harkat dan martabat kemanusiaan dari belenggu, melawan segala bentuk dominasi dan penindasan, membuka tabir dan selubung pengetahuan yang munafik dan hegemonik. Semua ini adalah pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam Islam. Pokok pikiran inilah nantinya yang akan menjadi pijakan bergeraknya PMII.

Pengertian Kritis Transformatif

Paradigma Kritis Trasnformatif. “Berpikir Kritis & Bertindak Transformatif” itulah jargon PMII dalam setiap membaca tafsir sosial yang sedang terjadi dalam konteks apapun. Dan ada beberapa alasan lain yang harus memiliki Paradigma Kritis Transformatif PMII sebagai dasar untuk bertindak dan mengaplikasikan pemikiran serta menyusun cara pandang dalam melakukan analisa terhadap realitas sosial. Alasan-alasan tersebut adalah:

1. Masyarakat Indonesia saat ini sedang terbelenggu oleh nilai-nilai kapitalisme modern, karena kesadaran masyarakat dikekang dan diarahkan pada satu titik yaitu budaya massa kapitalisme dan pola berpikir positivistik modernisme.

2. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat majemuk/plural, beragam, baik secara etnis, tradisi, kultur maupun kepercayaan (adanya pluralitas society).

3. Pemerintahan yang menggunakan sistem yang represif dan otoriter dengan pola yang hegemonik (sistem pemerintahan menggunakan paradigma keteraturan yang anti perubahan dan pro status quo).

4. Kuatnya belenggu dogmatisme agama, akibatnya agama menjadi kering dan beku, bahkan tidak jarang agama justru menjadi penghalang bagi kemajuan dan upaya penegakan nilai kemanusiaan.

Paradigma Kritis Trasnformatif dijadikan pisau analisis dalam menafsirkan realitas sosial. Karena pada hakekatnya dengan analisa PKT mengidealkan sebuah bentuk perubahan dari semua level dimensi kehidupan masyarakat (ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, dan pendidikan dll) secara bersama-sama.

Sumber: pmiigempha

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

NAIK