Pentingnya NDP PMII Bagi Kader?

Pada pembahasan sebelumnya, pembahasan NDP dalam setiap Kongres hanya sebagai adu gagasan yang hanya menjad! wacana dan terkesan tidak d!perhatikan. Namun, berjalannya waktu NDP ini kemudian menjadi salah satu pembahasan penting pada acara Musyawarah Nasional (Munas) ke-3 PMII pada tahun 1976.

Dalam forum tersebut, antara lain d!putuskan mengenai penyusunan Nilai-nilai Dasar Perjuangan PMII yang meliputi Urgensi NDP bagi PMII, Posisi NDP bagi PMII, Pengertian NDP PMII, dan Kerangka Permasalahan NDP PMII. Sayangnya, gagasan penyusunan NDP PMII ini tak kunjung terwujud dan berlalu hingga silih berganti kepengurusan baru.

Hingga pada Kongres ke-8 di Bandung tahun 1985, persoalan mengenai penyusunan NDP ini kembali d!bahas secara serius. Bahkan d!buat sebuah keputusan: “Menugaskan pada PB PMII periode 1985-1988 untuk melengkapi dan menyusun secara utuh dan menyeluruh NDP PMII.” Keputusan ini kemudian d!tindak lanjuti dengan membuat tim pembantu penyiap bahan NDP, pada tahun 1986. Tim perumus ini d!isi para kader PMII Surakarta atau juga d!kenal dengan Solo, yang d!ketuai Nuhkbah El Mankhub (Ketua PC PMII Surakarta 1982-1983).

Mulailah tim ini menyusun dan menguraikan kerangka NDP PMII, sesuai dengan yang d!hasilkan dari komisi organisasi Kongres VIII PMII di Bandung. Wakil Rais Syuriah PWNU Jawa Tengah yang dulu ikut menjadi wakil ketua tim perumus NDP di Solo, KH M. Dian Nafi’, menjelaskan proses penyusunan d!lakukan dengan berbagai metode, yakni dari hasil diskusi tim dan konsultasi kepada para kiai.

“Tim Solo ini bekerja berkesinambungan. Paling tidak kita kumpul seminggu sekali pada akhir pecan. Kegiatan tim ada yang berupa konsultasi, dengan cara sowan kepada para kiai. Tim juga mendorong PC PMII untuk mengadakan seminar yang temanya kita tentukan sesuai dengan kebutuhan rumusan NDP. Begitu juga dengan diskusi. Sebisanya hasil konsultasi, seminar, dan diskusi itu d!himpun sedikit demi sedikit jadi rumusan,” ungkap Kiai Dian.

Selain itu, tim juga mengumpulkan dari pertanyaan-pertanyaan apabila dari para peserta Mapaba dan LKD (sekarang d!sebut PKD). Pertanyaan-pertanyaan dari peserta dan jawaban dari narasumber, yang sesuai dengan kisi-kisi NDP juga d!pertimbangkan masuk ke dalam rumusan NDP itu.

“Yang saya pahami saat itu, jika ada masalah-masalah, maka kader PMII harus dapat menghadapinya secara teguh kepada karakternya. Kemudian kalimat yang sering saya dengar saat itu, kader-kader PMII tidak boleh terombang-ambing oleh pasang surut keadaan dan masalah-masalah yang ada. Kader-kader PMII harus memiliki mentalitas yang kokoh dan baik sebagai generasi Aswaja,” kenang Kiai Dian.

Hasil dari pengumpulan rumusan NDP tersebut kemud!an d!bahas secara terbuka dengan mengundang sejumlah cabang-cabang lainnya, dalam sebuah kegiatan bertajuk “Lokakarya Penyusunan NDP Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia” yang d!selenggarakan d! Kantor PCNU Surakarta, pada bulan Mei 1986.

Kemudian juga didiskusikan dengan mendatangi cabang-cabang terdekat, seperti Yogyakarta, Salatiga dan Semarang. Hasil dari lokakarya dan berbagai proses d!skusi inilah yang nantinya akan d!bawa ke Kongres PMII tahun 1988.

Sumber: NUonline (https://nu.or.id/amp/fragmen/sejarah-awal-perumusan-ndp-pmii-2-HK8Dc)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

NAIK