“Money Politic”, Ambil Uangnya, Jangan Pilih Orangnya

Money Politic

Money Politic Ambil Uangnya, Jangan Pilih Orangnya

Mendekati momentum Pemilu seperti saat ini, setiap Calon Legislatif (Caleg) dari sejumlah partai politik telah mempersiapkan strategi terbaiknya. Untuk mendapatkan suara masyarakat sebanyak-banyaknya.

Adapun strategi si-caleg ini, berupaya mencitrakan d!rinya agar mendapatkan simpati masyarakat. Biasanya berlindung d!balik figur keluarga, kelompoknya, bahkan yang lebih fenomenal kabarnya saat ini ada yang berlindung d!balik mafia.

Namun, strategi yang d!anggap paling jitu agar mendapatkan suara sebanyak-banyaknya adalah dengan uang atau dengan istilah “Money Politic” atau politik uang.

Sudah menjadi rahasia umum istilah money politic seakan-akan menjadi jamur yang ada di tengah masyarakat saat menghadapi momentum Lima tahunan ini. Sehingga, para caleg harus mempersiapkan ratusan juta rupiah untuk membeli suara masyarakat.

Lalu pertanyaannya, mengapa Money Politic menjadi strategi ampuh bagi si-caleg untuk menghimpun suara masyarakat? Berikut ini ulasan alasannya.

Yang pertama: Kinerjanya tidak berdampak nyata untuk mengatasi persoalan-persoalan masyarakat.

Jika pada pemilu sebelumnya mereka yang duduk di parlemen telah menjalankan tugas dan tanggungjawabnya. Kita sebagai masyarakat secara tidak langsung pasti mengusungnya kembali menjadi wakil kita. Apalagi mereka berbuat untuk masyarakat dengan ikhlas.

Namun faktanya, selama Lima tahun mereka yang sekarang duduk di kursi parlemen, tidak ada yang d!rasakan dampaknya sebagai orang yang mewakili suara kita. Bahkan sebaliknya, masyarakat malah lebih merasakan kesenjangan sosial.

Yang kedua: Seleksi alam mencetak pemimpin karbitan

Kita sering mendengar istilah “Pemimpin itu dilahirkan dan dibentuk.” Saya rasa, kata-kata ini masih sangat relevan untuk dijadikan pijakan dalam memilih pemimpin. Karena setiap pemimpin tidak hanya tentang berkuasa. Tapi, tentang pengabdian d!rinya untuk masyarakat, bukan hanya membangun Daerah tapi mengabdi untuk persoalan masyarakat. Persoalan, pendidikan, ekonomi, kesehatan dan lain sebagainya.

Sehingga jika ada pemimpin yang seperti kireteria itu atau kireteria yang mendekatinya. Maka yang mereka siapkan adalah gagasan untuk melakukan perubahan, dan segudang pengalaman agar pembangunan merata dan tepat sasaran bisa terwujud.

Yang ketiga: Melahirkan caleg yang kaya karena uang, tapi miskin mental & miskin gagasan

Akibat tidak memiliki mental dalam menyederhanakan visi maupun misi untuk menarik simpati masyarakat, senjata utama si-caleg dalam menghimpun suaranya kembali hanya dengan bagi-bagi duit.

Sehingga dampak terburuknya, visi-misinya si-caleg hanya sebatas kalimat yang d!ucapkan. Sementara kita hanya terlena dengan penampilannya saja. Begitulah realitas politik saat ini yang kita rasakan hampir semua si-caleg meyakinkan masyarakat dengan tawaran nominal rupiah.

Lalu apakah kita yang memiliki hak pilih hanya larut dalam situasi seperti ini?

Jawabannya: Tidak!. kita harus lawan. Memilih caleg bukan seperti memilih kucing dalam karung, terserah siapa yang paling penting jumlahnya banyak. Jika seperti itu keyakinan kita, niscaya tidak pernah ada kita menemukan perubahan, bahkan sangat sulit kita mendapatkan keadilan.

Bayangkan saja, jika memilih mereka hanya karena si-caleg memberikan jumlah senilai ratusan ribu rupiah, tanpa kita lihat kireteria yang lain. Seperti, atitude (keperibadian), rekam jejak yang relevan dengan visi-misinya.

Lagi – lagi kita akan masuk kejurang yang sama selama Lima tahun kedepan.

Ambil uangnya, jangan pilih orangnya.

Tidak bisa kita pungkiri bahwa realitas politik uang sudah menjamur d!tengah-tengah kita, bukan berarti kita terjebak satu pilihan dengan mengambil dan berkomitmen dengan si-caleg tersebut.

Padahal kita sudah mendapatkan jawaban atas mereka yang sudah duduk di kursi parlemen saat ini, dengan apa yang telah mereka lakukan selama Lima tahun, apakah sudah membantu persoalan masyarakat, baik itu wilayah ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan lain sebagainya. Jika memang tidak mendapatkan hal itu, maka perubahan harus kita wujudkan dengan memilih dengan pilihan yang lain.

Oleh karena itu, 2024 jangan asal pilih pemimpin. Gunakan hak pilih kita semua untuk kemajuan Daerah.

Opini Oleh: Satria (Ketua DPC Pro Jurnalis Media Ciber Kabupaten Tanjung Jabung Barat)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

NAIK